Etika dan Tata Krama Jawa
Sekilas belajar berbahasa jawa menurut kaum muda sekarang mungkin di anggap ribed karena memang memiliki aturan penggunaan yang tentunya terdapat cara main di dalamnya, apa lagi sekarang dengan adanya arus globalisasi yang menuntut adanya modernisasi etika dan tata krama jawa di pandang tidak menarik lagi karena ada anggapan bahwa etika dan tata krama jawa tidak lagi sesuai dengan masa kekinian, tetapi kalau kita bisa lebih pandai untuk
mempelajari dan mengkritisi bahasa lain/asing sebetulnya juga sama
ribednya karena setiap bahasa mempunyai tata cara sendiri-sendiri,
justru karena bahasa jawa adalah bahasa kita sendiri seharusnya bila
kita mau mempelajari seharusnya bisa lebih mudah dimengerti dan ketika
kita mengunakan pasti lebih bisa menjiwai, adat sopan santun jawa
menuntut pengunaan gaya bahasa yang tepat yang didasarkan pada tipe
hubungan tertentu oleh karena itu kita harus melihat dahulu kedudukan
orang yang akan kita ajak untuk berbicara dalam hubungan dengan
kedudukan dengan diri sendiri, tergantung
dengan siapa kita berbicara, ketika kita berbicara dengan teman sebaya
pasti berbeda ketika berbicara dengan orang yang lebih tua dari kita, hal ini berhubungan erat dengan etika dan tata krama jawa.
Adap anshor
adalah sikap rendah hati, rendah hati mengandung makna tidak mau
menonjolkan diri tetapi disini rendah diri tidak berarti minder atau
tidak percaya diri karena tidak memiliki kemampuan atau kompetensi,
berarti agar kita tidak minder sedini mungkin kita harus belajar untuk
memiliki kemampuan atau kompetensi, adhap ansor sejajar maknanya dengan nglembah manah, apabila
kita memiliki sifat adhap ansor dalam pergaulan kita tidak terjerumus
oleh pujian dan terperosot karena gila hormat, kalau di cela oleh pihak
lain tidak mudah tersingung justru untuk sarana mawas diri atau intropeksi diri sehingga kita mampu melakukan perbaikan, kritik atau celaan orang anggap saja sebagai sarana yang membangun dan merupakan jurus yang ampuh untuk perbaikan yang akan datang,
Lantip ing sasmita artinya adalah
peka/trampil dalam menghormati orang lain dengan selalu mengunakan
tutur bahasa yang menunjukan sikap sopan dan santun, bila kita ingin
mengkeritik orang lain bila cara penyampain kita salah atupun tutur
bahsa kita kurang sopan maka tidak akan diterima dengan baik malahan
bisa menimbulkan konflik yang baru lagi, oleh karena itu didalam seagala hal kita perlu melaksanakanya dengan cara yang halus dan hati-hati supaya dapat diterima dengan lapang dada.
Tata
krama berkaitan erat dengan cara mengerjakan sesuatu hingga di anggap
pantas dengan tidak menyingung perasaan orang lain, Tata krama sendiri
berasal dari Bahasa Sangsekerta yang bermakna berjalan sehingga dapat di
artikan dengan nalar hal-hal yang mengenai perjalanan roda kehidupan
perlu berpedoman dengan tata krama sehingga bila kita bisa menerapkan
itu semua dalam kehidupan sehari-hari, hidup kita akan terasa lebih harmonis di setiap sendi kehidupan melingkupi bidang sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan, semua itu akan berlaku secara alamiah, anggun dan tertib asalkan masing-masing berpegang teguh pada tata krama.
Kita pernah mendengar istilah yang berbunyi “ajining dhiri saka lathi” ( haraga diri seseorang itu salah satunya tergantung dari bibir dan ucapan) dalam pergaulan sehari-hari istilah ini menjadi sangat penting, nilai
dan harga diri seseorang terletak pada ucapanya, bila kata-kata yang
keluar dari mulut seseorang baik dan sopan maka akan membuat orang lain
simpati dan ia secara tidak langsung akan dikatakan orang baik begitu juga sebaliknya, kesopanan mengawetkan persahabatan. perlu kita untuk sedikit belajar bahwa penghargaan terhadap seseorang banyak
bersumber dari tutur kata dan bahasanya, bisa berbicara dengan bahasa
dan tutur kata yang baik sangat penting di persahabatan, lingkungan atupun masyarakat.
AJA RUMANGSA BENER DHEWE, JALARAN ING NDOYAIKI ORA ANA SING BENER DHEWE ( JANGAN MERASA PALING BENAR SENDIRI SEBAB DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG PALING BENAR )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar