Ayo Sinau Basa Jawa

Rabu, 15 Januari 2014

Basa Jawa Kuna


Sastra Jawa Kuna
Sastra Jawa Kuno
Sastra terkait

Sastra Jawa Kuno atau seringkali dieja sebagai Sastra Jawa Kuna meliputi sastra yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuna pada periode kurang-lebih ditulis dari abad ke-9 sampai abad ke-14 Masehi, dimulai dengan Prasasti Sukabumi. Karya sastra ini ditulis baik dalam bentuk prosa (gancaran) maupun puisi (kakawin). Karya-karya ini mencakup genre seperti sajak wiracarita, undang-undang hukum, kronik (babad), dan kitab-kitab keagamaan. Sastra Jawa Kuno diwariskan dalam bentuk manuskrip dan prasasti. Manuskrip-manuskrip yang memuat teks Jawa Kuno jumlahnya sampai ribuan sementara prasasti-prasasti ada puluhan dan bahkan ratusan jumlahnya. Meski di sini harus diberi catatan bahwa tidak semua prasasti memuat teks kesusastraan.
Karya-karya sastra Jawa penting yang ditulis pada periode ini termasuk Candakarana, Kakawin Ramayana dan terjemahan Mahabharata dalam bahasa Jawa Kuno.
Karya sastra Jawa Kuno sebagian besar terlestarikan di Bali dan ditulis pada naskah-naskah manuskrip lontar. Walau sebagian besar sastra Jawa Kuno terlestarikan di Bali, di Jawa dan Madura ada pula sastra Jawa Kuno yang terlestarikan. Bahkan di Jawa terdapat pula teks-teks Jawa Kuno yang tidak dikenal di Bali.
Penelitian ilmiah mengenai sastra Jawa Kuno mulai berkembang pada abad ke-19 awal dan mulanya dirintis oleh Stamford Raffles, Gubernur-Jenderal dari Britania Raya yang memerintah di pulau Jawa. Selain sebagai seorang negarawan beliau juga tertarik dengan kebudayaan setempat. Bersama asistennya, Kolonel Colin Mackenzie beliau mengumpulkan dan meneliti naskah-naskah Jawa Kuno.
Daftar isi
Mengenai istilah Jawa Kuno
Istilah sastra Jawa Kuno agak sedikit rancu. Istilah ini bisa berarti sastra dalam bahasa Jawa sebelum masuknya pengaruh Islam atau pembagian yang lebih halus lagi: sastra Jawa yang terlama. Jadi merupakan sastra Jawa sebelum masa sastra Jawa Pertengahan. Sastra Jawa Pertengahan adalah masa transisi antara sastra Jawa Kuno dan sastra Jawa Baru. Di dalam artikel ini, pengertian terakhir inilah yang dipakai.
Tradisi penurunan
Sastra Jawa Kuno yang terlestarikan sampai hari ini sebagian besar diturunkan dalam bentuk naskah manuskrip yang telah disalin ulang berkali-kali. Sehingga mereka jarang yang tertulis dalam bentuk asli seperti pada waktu dibuat dahulu, kecuali jika ditulis pada bahan tulisan yang awet seperti batu, tembaga dan lain-lain. Prasasti tertua dalam bahasa Jawa Kuno berasal dari tahun 804, namun isinya bukan merupakan teks kesusastraan. Teks kesusastraan tertua pada sebuah prasasti terdapat pada Prasasti Siwagreha yang ditarikh berasal dari tahun 856 Masehi.
Sedangkan naskah manuskrip tertua adalah sebuah naskah daun nipah yang berasal dari abad ke-13 dan ditemukan di Jawa Barat. Naskah nipah ini memuat teks Kakawin Arjunawiwaha yang berasal dari abad ke-11.
Tinjauan umum
Banyak teks dalam bahasa Jawa Kuno yang terlestarikan dari abad ke-9 sampai abad ke-14. Namun tidak semua teks-teks ini merupakan teks kesusastraan. Dari masa ini terwariskan sekitar 20 teks prosa dan 25 teks puisi. Sebagian besar dari teks-teks ini ditulis setelah abad ke-11.
Puisi Jawa lama
Daftar Karya Sastra Jawa Kuno dalam bentuk prosa
  1. Candakarana
  2. Sang Hyang Kamahayanikan
  3. Brahmandapurana
  4. Agastyaparwa
  5. Uttarakanda
  6. Adiparwa
  7. Sabhaparwa
  8. Wirataparwa, 996
  9. Udyogaparwa
  10. Bhismaparwa
  11. Asramawasanaparwa
  12. Mosalaparwa
  13. Prasthanikaparwa
  14. Swargarohanaparwa
  15. Kunjarakarna
Daftar Karya Sastra Jawa Kuno dalam bentuk puisi (kakawin)
  1. Kakawin Tertua Jawa, 856
  2. Kakawin Ramayana ~ 870
  3. Kakawin Arjunawiwaha, mpu Kanwa, ~ 1030
  4. Kakawin Kresnayana
  5. Kakawin Sumanasantaka
  6. Kakawin Smaradahana
  7. Kakawin Bhomakawya
  8. Kakawin Bharatayuddha, mpu Sedah dan mpu Panuluh, 1157
  9. Kakawin Hariwangsa
  10. Kakawin Gatotkacasraya
  11. Kakawin WrettasaƱcaya
  12. Kakawin Wrettayana
  13. Kakawin Brahmandapurana
  14. Kakawin Kunjarakarna, mpu "Dusun"
  15. Kakawin Nagarakretagama, mpu Prapanca, 1365
  16. Kakawin Arjunawijaya, mpu Tantular
  17. Kakawin Sutasoma, mpu Tantular
  18. Kakawin Siwaratrikalpa, Kakawin Lubdhaka
  19. Kakawin Parthayajna
  20. Kakawin Nitisastra
  21. Kakawin Nirarthaprakreta
  22. Kakawin Dharmasunya
  23. Kakawin Harisraya
  24. Kakawin Banawa Sekar Tanakung

Unggah-Ungguh Basa Jawa

Unggah-Ungguhing Basa Jawa
Unggah-ungguhing basa Jawa, yaiku pranataning basa manut lungguhing tata krama. Tata krama, yaiku samubarang kang ana sambung rapete karo wong lagi ngomong supaya runtut anut paugeraning paramasastra.

Supaya jumbuh/trep karo unggah-ungguhing basa Jawa, mula menawa sesrawungan karo wong liya kudu:
1. Basane netebi pranataning subasita
2. Manut paugeran tata susila
3. Basane gawe reseping ati

Basa Jawa iku duwe unggah-ungguh basa, yaiku sing mbedakake basa Jawa karo basa liyane kang dianggo pasrawungan manungsa. Dene cak-cakane nganggo wewaton ing antarane:
1. Umur  
    Sing enom ngurmati sing tuwa
2. Peprenahan
    Adhi ngurmati marang kangmas/mbakyu
    Anak ngurmati bapa lan biyung
3. Drajat pangkat
    Murid ngurmati marang gurune.
    Pegawe ngurmati marang pangarsane.
4. Drajat semat
    Ngurmati wong sing sugih, lemahe amba, lan sapanunggalane.
5. Trah
    Ngurmati merga tedhak turune wongluhur, trahing kusuma rembesing madu.
6. Luhuring pribadi
   Sarjana, pahlawan, ulama, lan sapanunggalane
7. Tepungan anyar/durung kulina, adakane luwih diajeni

    Unggah-ungguh basa Jawa iku werna-werna. Miturut Ki Padmosoesastra, unggah-ungguh basa Jawa   kaperang dadi enem, dene miturut Sudarto kaperang dadi loro. Perangan iku kaya ing ngisor iki.
    1. Miturut Ki Padmosoesastra
a. Basa ngoko
Basa ngoko kaperang dadi:
1) Ngoko lugu
2) Ngoko andhap:
- Antya basa
- Basa antya
b. Basa krama
Basa krama kaperang dadi:
1) Wredha krama
2) Madya krama
3) Madyantara
c. Krama desa
d. Krama inggil
e. Basa kedhaton
f. Basa kasar

2. Miturut Sudarto
a. Basa ngoko
1) Ngoko Lugu
2) Ngoko Alus
b. Basa krama
1) Krama Lugu
2) Krama Alus
Undha-usuk basa utawa unggah-ungguh basa kang dianggo ing jaman saiki migunakake peprincene (pembagian) miturut Sudarto, yaiku basa ngoko (ngoko lugu lan ngoko alus) lan basa krama (krama lugu lan krama alus). Ing ngisor iki andharan sawetara basa ngoko. Dene andharan basa krama kababar ana ing wektu candhake.


Etika dan Tata Krama Jawa

Etika dan Tata Krama Jawa

 Sekilas belajar berbahasa jawa menurut kaum muda sekarang mungkin di anggap ribed karena memang memiliki aturan penggunaan yang tentunya terdapat cara main di dalamnya, apa lagi sekarang dengan adanya arus globalisasi yang menuntut adanya modernisasi etika dan tata krama jawa di pandang tidak menarik lagi karena ada anggapan bahwa etika dan tata krama jawa tidak lagi sesuai dengan masa kekinian, tetapi kalau kita bisa lebih pandai untuk mempelajari dan mengkritisi bahasa lain/asing sebetulnya juga sama ribednya karena setiap bahasa mempunyai tata cara sendiri-sendiri, justru karena bahasa jawa adalah bahasa kita sendiri seharusnya bila kita mau mempelajari seharusnya bisa lebih mudah dimengerti dan ketika kita mengunakan pasti lebih bisa menjiwai, adat sopan santun jawa menuntut pengunaan gaya bahasa yang tepat yang didasarkan pada tipe hubungan tertentu oleh karena itu kita harus melihat dahulu kedudukan orang yang akan kita ajak untuk berbicara dalam hubungan dengan kedudukan dengan diri sendiri, tergantung dengan siapa kita berbicara, ketika kita berbicara dengan teman sebaya pasti berbeda ketika berbicara dengan orang yang lebih tua dari kita, hal ini berhubungan erat dengan etika dan tata krama jawa.
 Adap anshor adalah sikap rendah hati, rendah hati mengandung makna tidak mau menonjolkan diri tetapi disini rendah diri tidak berarti minder atau tidak percaya diri karena tidak memiliki kemampuan atau kompetensi, berarti agar kita tidak minder sedini mungkin kita harus belajar untuk memiliki kemampuan atau kompetensi,  adhap ansor sejajar maknanya dengan nglembah manah, apabila kita memiliki sifat adhap ansor dalam pergaulan kita tidak terjerumus oleh pujian dan terperosot karena gila hormat, kalau di cela oleh pihak lain tidak mudah tersingung justru untuk sarana mawas diri atau intropeksi diri sehingga kita mampu melakukan perbaikan, kritik atau celaan orang  anggap saja sebagai sarana yang membangun dan merupakan jurus yang ampuh untuk perbaikan yang akan datang,
Lantip ing sasmita artinya adalah peka/trampil dalam menghormati orang lain dengan selalu mengunakan tutur bahasa yang menunjukan sikap sopan dan santun, bila kita ingin mengkeritik orang lain bila cara penyampain kita salah atupun tutur bahsa kita kurang sopan maka tidak akan diterima dengan baik malahan bisa menimbulkan konflik yang baru lagi, oleh karena itu didalam seagala hal kita perlu melaksanakanya dengan cara yang halus dan hati-hati supaya dapat diterima dengan lapang dada.
Tata krama berkaitan erat dengan cara mengerjakan sesuatu hingga di anggap pantas dengan tidak menyingung perasaan orang lain, Tata krama sendiri berasal dari Bahasa Sangsekerta yang bermakna berjalan sehingga dapat di artikan dengan nalar hal-hal yang mengenai perjalanan roda kehidupan perlu berpedoman dengan tata krama sehingga bila kita bisa menerapkan itu semua dalam kehidupan sehari-hari, hidup kita akan terasa lebih harmonis di  setiap sendi kehidupan melingkupi bidang sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan, semua itu akan berlaku secara alamiah, anggun dan tertib asalkan masing-masing berpegang teguh pada tata krama.
Kita pernah mendengar istilah yang berbunyi “ajining  dhiri saka lathi” ( haraga diri seseorang itu salah satunya tergantung dari bibir dan ucapan) dalam pergaulan sehari-hari istilah ini menjadi sangat penting, nilai dan harga diri seseorang terletak pada ucapanya, bila kata-kata yang keluar dari mulut seseorang baik dan sopan maka akan membuat orang lain simpati dan ia secara tidak langsung akan dikatakan orang baik begitu juga sebaliknya, kesopanan mengawetkan persahabatan. perlu kita untuk sedikit belajar bahwa penghargaan terhadap seseorang  banyak bersumber dari tutur kata dan bahasanya, bisa berbicara dengan bahasa dan tutur kata yang baik sangat penting di persahabatan,  lingkungan atupun masyarakat.

AJA RUMANGSA BENER DHEWE, JALARAN ING NDOYAIKI ORA ANA SING BENER DHEWE ( JANGAN MERASA PALING BENAR SENDIRI SEBAB DI DUNIA INI TIDAK ADA YANG PALING BENAR )

Selasa, 14 Januari 2014

cerkak

Cerita iki wis dumadi, kira-kira telung taun kepungkur. Jenengku Annisa, nalika aku isih lungguh ana ing kelas  siji SMA. Biyen aku sekolah ing SMA empat belas Semarang, sekolah kuwi biasane diceluk sekolah pinggir laut, ya pancen sekolahku kuwi cedhak laut marina Semarang. Nalika pembagian kelas, jenengku diundang supaya ngerti aku mlebu ana ing kelas ngendi, jebulane aku mlebu ana ing kelas sepuluh loro. Pas kuwi aku dhewekan, kanca-kancaku sing bareng karo aku SMPne padha beda kelase. Delalah aku lungguh ana ing ngarep dhewe, mlinguk kiwo tengenku karo mbatin, jan pancen ora ana sing tak kenal. Ana bocah wadon jenenge Aisyah lungguh jejeri aku,ngajak kenalan, bocahe manis, putih,jilbaban, nanging pendek.
Wis suwe kira-kira sak semester suwine aku dadi bocah kelas siji SMA, saya akrab aku karo aisyah anggone kekancan, ya saiki wis bisa di jenengi sahabat. Aku iya wis mulai naksir karo kanca sekelasku, jenenge sapto. Bocahe pinter, gedhi dhuwur, lan lucu. Emboh aku ya bingung kok aku bisa seneng mmarang dheweke. Tak perloke curhat karo aisyah, apa sing lagi tak rasake iki.
“ais, aku arep ngomong karo kowe, nanging kowe janji marang aku, aja sekali-kali kowe ngomong bab iki karo wong liya ya ?”
“iya nis, sak jane kowe arep ngomong apa marang aku?”
“nanging kowe aja ngguyu lho ya, ngene is, aku iki akhir-akhir iki sering mbayangke sapto, kayane aku seneng marang dheweke.”
“hahaha, bocah elek, kuprus kaya ngono kuwi mbok senengi ?, apane ta sing mbok bayangke? Wong ora ana apik-apike kok.”
Krungu jawabane aisyah kaya ngono, kok aku dadi piye ngono. Nanging ora tak pikir banget omongane aisyah kuwi, aku tetep seneng karo sapto. Ing sijine dina, tak wanike aku ngajak ngomong sapto, sanajan mung etok-etok takon masalah pelajaran, nanging aku jane tetep isin angger arep ngomong karo dheweke. Delalah kancaku sing jenenge adit, ngajak aku lan liyane nggarap tugas bareng, ana sapto barang, wah iki kayane kesempatan tenan kanggo aku. Ana ing omahe kancaku kuwi, aku lan liyane nggarap tugas bebarengan, anggere aku ora bisa mangsuli pitakonan, aku takon marang sapto, lan dheweke gelem ngajari aku kanthi sabar.
Saya suwe aku karo sapto wis saya akrab, kaya aku karo aisyah. Ing salah ijine dina, sapto curhat karo aku.
“nis, aku kepengin cerita karo kowe, nanging aja kaget ya.”
“cerita apa ta sap?” aku mangsuli.
“aku isin jane, aku iki seneng karo cah wedok ing kelase dhewe, aku cerita kaya ngene supaya kowe gelem nulungi aku, nyedakke aku karo cah wedok kuwi.”
“(degdegan, karo kuciwa). Oalah kuwi ta, emange sapa cah wedok sinig mbok senengi kuwi sap ?”
“wonge ora adoh kok saka kowe, malah cedhak banget. Ya aisyah nis,hehe”
Ngerti yen sapto jebulane seneng karo aisyah, rasane awakku iki entheng banget, kaya wong sing arep semaput, jantunge degdegan, rasane eluh iki arep netes, karo mbatin,
“gusti, jebulane rasane kaya ngene ya, ora dinyana yen wong sing tak taksir selama iki, malah senenge karo sahabatku dhewe, sanajan aisyah kuwi durung duwe rasa apa-apa karo sapto, ya bisa diomong malah ora seneng blas, nanging aku iki ora sanggup yen pancen sapto kudu seneng karo aisyah, ora sanggup gusti.”
Sanajan sapto kuwi ya kalebu sahabatku dhewe, nanging sekaligus ya wong sing tak tresnani, aku ora penak yen aku ora nulungi dheweke, aku ya ora gelem sapto ngerti yen aku iki jebulane nyimpen rasa tresna marang dheweke, aku wedi yen dheweke nesu lan ngadohi aku, aku ra gelem. Mending aku lara ati, ketimbang aku ditinggal wong sing tak tresnani, sanajan tresnane deknen pancen dudu kanggo aku.
Alon-alon anggonku nyedakake sapto karo aisyah, aku kudu sabar, lan nrima kasunyatan iki. Sanajan lara ati, nanging aku ora duwe pilihan maneh. Angger ana tugas kelompok, aku ngajak aisyah, supaya dheweke melu tumut. Saya suwe aisyah karo sapto saya cedhak, nanging aisyah ora crita marang aku, apa dheweke kuwi seneng karo sapto apa ora. Nganti tak wanike aku ngomong sing sak benere karo aisyah, nanging aku arep takon dhisik, piye rasane deknen cedhak karo sapto.
“jebulane sapto pinter tenan ya is, angger gawe tugas kelompok, dheweke gelem ngajari dhewe,”
“iya, nis bener omonganmu, aku ya dadi tambah mudeng nalika mangsuli pitakonan sing angel.”
“mudeng apa seneng, hayooo ?”
“Maksudmu apa to nis, kok ngomong kaya ngono ?”
“lho, emange awakmu ora seneng karo sapto ta is?”
“seneng kepiye ta?” aku jan ora mudeng sing mbok maksud.”
“ngene lho is, sak jane sapto kuwi seneng karo kowe, nanging dheweke isin arep ngomong karo kowe.”
“lhoh, kok bisa seneng karo aku?kudune kan karo kowe?” oraklah nis, aku ora seneng kok karo sapto.”
Saka wangsulane aisyah kuwi, aku nyimpulke yen aisyah pancen ora ana rasa apa-apamarang sapto, nanging aku ya ora wani ngomong sing sak benere karo sapto, wedi yen dheweke patah hati, tresnane durung bisa dibales karo aisyah. Aku tetep usaha nyedakake aisyah karo sapto, nganti aku ngomong karo sapto yen dheweke kudu nembak aisyah saiki, supaya aisyah ngandhel yen sapto pancen seneng karo dheweke.
Ing salah sijine dina, sapto wani nembak aisyah, nanging jebulane ora di tampa, sapto cerita karo aku, dheweke ing kelas ketok lesu, sedhih wajahe, ora semangat kaya biasane. Aku melu sedhih yen sapto kaya ngono. Ora tak takoni, aisyah cerita langsung yen dheweke ditembak karo sapto, nanging ora di tampa, alesane aisyah pancen dheweke durung duwe rasa apa-apa marang sapto, bejoku aisyah ora ngomong karo sapto yen aku seneng marang dheweke. Sanajan aisyah ora seneng karo sapto, nanging saya suwe dheweke krasa mesake, lan crita karo aku,
“sapto kok beda ya nis saiki ? apa gara-gara ora tak tampa dadi kaya ngono?”
“ya mungkin ta is, kowe uga bisa ndelok dhewe, piye tresnane sapto karo awakmu, nganti deknen kaya ngono saiki.”
“iya nis aku ngerti, aku ya mikir omongan-omonganmu slama iki, aku tak sinau ben aku uga bisa tresna marang dheweke, nanging ya ora saka paksaan.”
                        Ora suwe aisyah wis bisa buka atine kanggo sapto. Sithik-sithik aisyah wis bisa nrima yen sapto seneng marang dheweke. Aku ya wis mulai bisa nglalike sapto saka atiku iki, tresnaku marang sapto wis ora kaya biyen maneh, ya mungkin gara-gara iki. Akhire sapto karo aisyah wis pacaran, nanging ya tetep wae isih isin-isinan, kudu aku sing bisa nyedake. Nanging hubungane sapto karo aisyah ora suwe, mung telung wulan. Aku ora ngerti pasti apa sing gawe sapto karo aisyah putus hubungane. Jarene sapto aisyah isih kaya cah cilik, ora bisa serius.
                        Aku melu sedhih yen aisyah ya sedhih ngene, aku ora ngerti yen sahabatku ya akhire bisa tresna tenanan karo sapto, nanging malah sapto sing wis beda, wis ora ana rasa apa-apa maneh marang aisyah.
                        Akhire, unggah-unggahan kelas wis bar, wektune preinan, nanging aku ora seneng, amarga ora bisa ketemu kanca-kanca sekelas, lan urung temtu bisa sakelas maneh, amarga jurusane beda-beda. Nanging aku, sapto karo aisyah milih jurusan sing padha yaiku IPS. Suwene preinan kuwi rung minggu, ya kala-kala aku dolan wong loro karo sapto, kala-kala ya bareng karo liyane. Nganti ing salah sijine dina, ora dinyana, sapto ngungkapke tresnane marang aku,
                        “nis,emboh aku iki kok bisa seneng karo awakmu, sanajan awake dhewe iki mung dadi sahabat slama iki, nanging kowe sing mesthi ama kanggo aku, aku ngrasa salah, napa aku awit biyen ora nembak awakmu.”
                        “lhoh maksudte apa sap kowe ngomong kaya mangkono?”
                        “aku iki tresna marang sliramu nis, kowe aja salah paham dhisik, aku ngerti nis, kowe karo aisyah sahabatan, aku ya mantane aisyah, aku ngerti mesthi kowe ngrasa ora kepenak marang aisyah yen kowe pacaran karo aku.”





Lokasi Kota Semarang.png
                        Aku pancen ora mangsuli iya apa ora omongane sapto mau, aku prelu wektu, aku perlu mikir iki kabeh pantes apa ora, yen aku iki akhire pacaran karo sapto yen ngilingi aisyah kuwi sahabatku dhewe. Nanging aku kelingan yen aku sing pertama seneng karo sapto, nanging wektu kuwi tresnaku ora ketampa. Malah rasaku marang sapto kae balik maneh, aku tresna maneh karo dheweke, aku ora bisa nahan yen aku kudu nrima dheweke,
                        “iya sap, aku nrima awakmu dadi pacarku, nanging awakmu aja sekali-sekali kandha karo aisyah babagan iki, ben aku waw sing ngomong, nanging ya butuh wektu sing pas, supaya ora salah paham.”
                        “iya nis, maturnuwun awakmu gelem sesandhingan karo aku, aku janji bakal nuruti apa sing dadi panjalukmu kuwi.”
                        Aku pancen ora bisa suwi-suwi nyimpen iki kabeh saka aisyah. Meneng- meneng, ora sak pangertine sapto, aku ngomong karo aisyah yen aku karo sapto pancen wis pacaran. Maune aisyah biasa wae, dheweke ora nesu ora apa,mung nylameti wae. Nanging sapto menehi aku ngerti yen aisyah sms dheweke kaya ngene,
                        “kowe kok tegel men karo aku sap?aku wis ngerti saiki, brati slama iki kowe pacaran karo aku mung kanggo nutupi tresnamu marang annisa, iya ta?”
                        “ora kaya ngono kuwi is maksudte, aku tresna tenan marang annisa, aku ora dolanan, aku bakal buktike yen aku bisa serius marang dheweke, lan hubunganku iki bisa suwe nganti mengko arep munggah ana ing jenjang rumah tangga.
                        Ya muga-muga apa sing diomongke sapto kuwi bener, muga-muga hubunganku iki karo sapto bakal sateruse, amin.