Ayo Sinau Basa Jawa

Kamis, 12 Desember 2013


Begalan Dalam Prosesi Nikah Orang Banyumas

Begalan Nikah Banyumas | Budaya Banyumas | Kesenian Banyumas | Sejarah Banyumas
Begalan dalam Bahasa Indonesia adalah perampokan. Dalam penyelenggaraan acara begalan dalam pernikahan merupakan salah satu tradisi di upacara pernikahan bagi anak perempuan pertama di Banyumas. Dengan maraknya pernikahan gaya modern, standing party, yang acapkali diselenggarakan di gedung mewah oleh orang Borjuis dan lemah budaya menjadikan prosesi begalan ini memiliki cita rasa tersendiri dan melegendaris dalam kearifan budaya Banyumasan.
Begalan adalah jenis kesenian yang biasanya dipentaskan dalam rangkaian upacara perkawinan adat Banyumas yaitu saat calon pengantin pria beserta rombongannya memasuki pelataran rumah pengantin wanita. Begalan berasal dari kata begal dan akhiran an, artinya perampasan atau perampokan di tengah jalan. Namun jangan diartikan perampokan dalam artian sebenarnya, begalan ini hanya merampas waktu kedua calon pengantin untuk memberikannya pelajaran/nasehat untuk bekal mereka dalam mengarungi hidup berumah tangga melalui pesan-pesan yang tersirat dalam ritual begalan ini. Dalam pementasan begalan,yang menarik adalah dialog-dialog antara yang dibegal dengan si pembegal biasanya berisi kritikan dan petuah bagi calon pengantin dan disampaikan dengan gaya yang jenaka penuh humor. Upacara ini diadakan apabila mempelai laki-laki merupakan putra sulung. Begalan merupakan kombinasi antara seni tari dan seni tutur atau seni lawak dengan iringan gending. Sebagai layaknya tari klasik, gerak tarinya tak begitu terikat pada patokan tertentu yang penting gerak tarinya selaras dengan irama gending. Jumlah penari dua orang, seorang bertindak sebagai pembawa barangbarang (peralatan dapur) yang bernama Gunareka, dan seorang lagi bertindak sebagai pembegal/perampok yang bernama Rekaguna . Barang-barang yang dibawa antara lain ilir, cething, kukusan, saringan ampas, tampah, sorokan, centhong, siwur, irus, kendhil dan wangkring. Barang bawaan ini biasa disebut brenong kepang. Pembegal biasanya membawa pedang kayu yang bernama wlira.
Kostum pemain cukup sederhana, umumnya mereka mengenakan busana Jawa.
Adapun ketentuan dalam acara seni Begalan yaitu :
  1. Iringan yang digunakan menggunakakan instrumen gamelan jawa, sedangkan gerakan tarian disesuaikan dengan irama gamelan.
  2. Tarian Begalan dibawakan oleh dua orang pemain pria yang memerankan Gunareka dan Rekaguna.
  3. Dialog dengan gaya jenaka yang berisi tentang nasehat – nasehat penting bagi kedua mempelai dan penonton.
  4. Waktu pelaksanaan pada siang atau sore hari dan waktu yang dibutuhkan untuk pementasan kurang lebih satu jam.
  5. Tempat yang digunakan biasanya pelataran rumah (halaman) pengantin wanita.
Pada dasarnya Tari Begalan adalah tarian rakyat yang menggunakan peralatan – peralatan (Properti) yang memiliki makna simbolis yang berguna bagi kehidupan masyarakat pendukungnya. Dialog dengan gaya jenaka ditampilkan dalam pertunjukan seni untuk rakyat yang berfungsi untuk menghibur. Kostum atau tata pakaian dan riasannya juga sederhana karena begalan termasuk bentuk kesenian rakyat yang bersifat sederhana.
1. Kostum dan Make Up
Kostum yang dipakai sangat sederhana. Mereka hanya mengenakan pakaian adat Jawa saja. Pakaian yang digunakan untuk pementasan antara lain :
a. Pakaian seni Begalan terdiri dari :
b. Baju Kokok Hitam
c. Stagen dan Sabuk
d. Celana Komprang berwarna Hitam
e. Kain Sarung
f. Sampur atau Selendang menari
g. Ikat Wulung berwarna Hitam
Cara mengenakan pakaian, pertama – tama celana dan baju lalu kain yang diberi stagen dan ikat panggung. Jika tidak ada kain boleh menggunakan sarung. Sampur dikalungkan pada lehernya.Terkadang Gunareka memakai topi kukusan. Rekaguna membawa pedang wlira. Make up –nya sederhana. Dahulu mereka menggunakan langes atau arang yang dihaluskan kemudian dicampurkan minyak kelapa. Campuran berwarna hitam untuk merias muka, membuat kumis, jambang, alis dan lain-lain. Bahan lain yang diperlukan yaitu bedak dan teres (sepuhan).
2. Perlengkapan Begalan
Perlengkapan yang digunakan pada saat pentas seni Begalan :
  1. Pikulan atau mbatan
    Adalah alat pengangkat brenong kepang bagi peraga yang bernama Gunareka. Begal ini dari pihak pengantin pria atau kakung . Alat ini terbuat dari bambu yang melambangkan seorang pria yang akan berumah tangga harus dipertimbangkan terlebih dahulu, jangan sampai merasa kecewa setelah pernikahan sehingga k etika seorang pria mencari seorang calon isteri maka harus dipertimbangkan bibit, bobot, dan bebetnya.
  2. Pedang Wlira
    Adalah alat yang digunakan sebagai pemukul dengan ukuran panjang 1 meter, tebal 2cm, dan lebar 4cm. Terbuat dari kayu pohon pinang. Pedang Wlira dibawa oleh Rekaguna dari pihak pengantin wanita yang menggambarkan seorang pria yang bertanggungjawab, berani menghadapi segala sesuatu yang menyangkut keselamatan keluarga dari ancaman bahaya.
  3. Brenong Kepang
    Adalah barang – barang yang dibawa oleh Gunareka utusan dari keluarga mempelai pria berupa alat – alat dapur meliputi:
  • Ian merupakan alat untuk angi nasi terbuat dari anyaman bambu yang menggambarkan bumi tempat kita berpijak.
  • Ilir merupakan kipas yang terbuat dari anyaman bambu melambangkan seseorang yang sudah berkeluarga agar dapat membedakan perbuatan baik dan buruk sehingga dapat mengambil keputusan yang bijak saat sudah berumah tangga.
  • Cething adalah alat yang digunakan untuk tempat nasi terbuat dari bambu. Maksudnya bahwa manusia hidup di masyarakat tidak boleh semunya sendiri tanpa mempedulikan orang lain dan lingkunganya.Manusia adalah mahluk sosial yang butuh orang lain
  • Kukusan adalah alat untuk menank nasi yang terbuat dari anyaman bamboo berbentuk kerucut yang mempunyai arti kiasan bahwa seseorang yang sudah berumah tangga harus berjuang untuk menckupi kebutuhan hidup semaksimal mungkin.
  • Centhong adalah alat untuk mengambil nasi pada saat nasi diangi, yang terbuat dari kayu atau hasil tempurung kelapa. Maksudnya seorang yang sudah berumah tangga mampu mengoreksi diri sendiri atau introspeksi sehingga ketika mendapatkan perselisihan antara kedua belah pihak (suami dan istri) dapat terselesaikan dengan baik. Selalu mengadakan musyawarah yang mufakat sehingga terwujudlah keluarga yang sejahtera, bahagia lahir dan batin.
  • Irus adalah alat untuk mengambil dan mengaduk sayur yang terbuat dari kayu atau tempurung kelapa. Maksudnya ialah sesorang yang sudah berumah tangga hendaknya tidak tergiur atau tergoda dengan pria atau wanita lain yang dapat mengakibatkan retaknya hubungan rumah tangga.
  • Siwur adalah alat untuk mengambil air terbuat dari tempurung kelapa yang masih utuh dengan melubangi di bagian atas dan diberi tangkai. Siwur merupakan kerata basa yaitu, asihe aja diawur – awur. Artinya, orang yang sudah berumah tangga harus dapat mengendalikan hawa nafsu, jangan suka menabur benih kasih saying kepada orang lain.
  • Saringan ampas atau kalo adalah alat untuk menyaring ampas terbuat dari anyaman bambu yang memiliki arti bahwa setiap ada berita yang datang harus disaring atau harus hati – hati.
  • Wangkring yaitu pikulan dari bambu. Filsafatnya adalah di dalam menjalani hidup ini berat ringan, senang susah hendaklah dipikul bersama antara suami dan istri.

Parikan

Parikan

Parikan iku unèn-unèn kang dumadi saka rong ukara lan nduweni purwakanthi ab-ab. Ukara sepisanan ukara kanggo narik kawigatèn, kang kapindho minangka isi. Parikan iki kaya pantun nanging mung rong larik. Parikan migunaake purwakanthi swara.

Kang diarani parikan

Yaiku unèn-unèn mawa paugeran telung warna yaiku :
  • kadadèn saka rong ukara kang dhapukaké nganggo purwakanthi guru swara
  • saben saukara kadadean saka rong gatra
  • ukara kapisan mung minangka purwaka; déné isi utawa wosé dumunung ing ukara kapindho.
Tuladha: Tawon madu, ngisep sekar. (ukara kapisan, 2 gatra). Calon Guru, kudu sabar (ukara kapindho, 2 gatra). Gunane purwaka (ukuran kapisan) mung dianggo narik kawigatené wong kang nedya sikandhani utawa dipituturi. Perluné, supaya ing sadurungé ukara kang isi utawa “wosé” dikandhakaké, wong sing nedya dikandhani wis ketarik atiné, satemah banjur nggatekaké, bisa ngerti temenan marang maksudé ukuran kang isi “ngese” (ukara kapindho).
Deko tiyang nggantheng Tapi kok homo?

Manu ( cacahing) wandane, parikan iku kena diperangi dadi telu, yaiku:

Parikan kang kadadéan saka (4 wanda + 4 Wanda) X 2

Tuladha
Iwak bandheng, durung wayu (4 wanda + 4 Wanda)
Priya nggantheng, sugih ngelmu (4 wanda + 4 Wanda
Tuku manggis, karo tapé ( 4 wanda + 4 wanda )
Aku nangis, mikkir kowé ( 4 wanda + 4 wanda )
Wèdang bubuk gula jawa ( 4 wanda + 4 wanda )
Yèn kepethuk ati lega ( 4 wanda + 4 wanda )

Parikan kang kadadean saka (4 wanda + 8 Wanda) X 2

Tuladha
Kembang adas, sumebar tengahing alas (4 wanda + 8 Wanda).
Tuwas tiwas, nglabuhi wong ora waras. (4 wanda + 8 wanda).

Parikan kang kadadean saka (8 wanda + 8 Wanda) X 2

Tuladha
Enting-enting gula jawa, sabungkus isine sanga
Ingatane para siswa, wajib seneng nggubah basa.

Parikan sing kadadean saka (8 wanda + 8 wanda) X 2

Parikan sing kadadéan saka (8 wanda + 8 wanda) X 2, sawéneh ana sing ngarani parikan patang pada. Iku keliru, sebab tembung “pada” iku tumrap reriptan kanggone mung ana ing tembang. Déné yén tembung “pada” iku sing dikarepaké kudu mung ora ukara, siji-sijining ukura kadadéan saka 2 gatra: dadi kabéh ana 4 gatra Wondené carané nulis 4 gatra iku, kena baé didadékake 4 larik.
Tuladha kasebut kena katulis mangkene
Enting-enting gula jawa
Sabungkus isine sanga
Ingatase para siswa
Wajib seneng nggubah basa
Wetan kali kulon kali Arep nyabrang gak onok uwote Wetan gati kulon yo gati Yen ditimbang pada abote
Ali-ali temunpang kasur Aku lali pira regane Aja lali pahlawan sing jujur Ngelingana jasa2ne
Esuk nyuling sore nyuling Sulingane arek Suroboyo Esuk eling sore eling Sing di eling ora rumongsa

Parikan sing dianggo nggérongi lelagoning gendhing

Ing parikan iki dhapukaning ukara mesthi bae ora bisa tansah nglungguhi paungeran, sebab cacahing wandane kawengku ing laguning gendhing.
Tuladha
  • Lelagon Parikan (Slendro Patet 9)
Cengkir Wungu, wungune ketiban daru (Dhu Ibu)
Calon guru, kudu sabar momot mengku (Pm)
Katrangan Perangan sing dikurung, yaiku (Dhu Ibu), iku wuwuhan, kanggo senggakan.
  • Suwe Ora Jamu. Pelog Pathet 6
Suwe ora jamu, jamu godhong kencur
Suwe ra ketemu, temu pisan maju mundur.

Carane ngarang parikan

Sing dikarang luwih dhisik ukara kapindho, yaiku sing isi “ngese” utawa “Wose”. Ukarane kadedean saka 4 wanda + 4 Wanda, utawa 4 wanda + 8 wanda + 8 wanda.Sawise rampung pangarange ukara kapidho, banjur ngarang ukara kapisan, yaiku ukara kang mung dianggo purwaka. Kehing wandane pada karo ukara kapindho, lan dhapukane kudu mujudake purwakanthi guru swara karo ukara sing kapindho.

Klebu rerengganing basa

Parikan klebu rerengganing basa, sebab basa sing mawa parikan iku agawe senenge wong sing maca utawa sing ngrungokake. Guneman mawa parikan bosa njalari rame nengsemake.Gendhing digerongi nganggo sakepan kang mawa parikan, bisa marakake saya gayeng.

Tuladha parikan warna telu

Parikan (4 wanda + 4 wanda) X 2

Wajik Kletik, gula jawa
Luwih becik, sing prasaja
Nang jeruk, jambu nanas
Rada watuk, ngelu panas
Wedang bubuk, tanpa gula
Aja ngamuk, enggal tuwa
tuku  belut karo iwak lele
ojo gelut karo bolo dhewe
Tawon madu ngisep sekar
Dadi guru kudu sabar

Kiwa tengen gawa jamu
Aku kangen pingin temu

Parikan (4 wanda + 8 wanda) X 2

Kembang aren, sumber tepining kalen
Aja dahwen, yen kowe pepengen kajen
Kembang kencur, ganda sedhep sandhing sumur
Kudu jujur, yen kowe kepengin luhur
Kembang menur, den sebar den awur-awur
Bareng makmur, banjur lali mring sadulur

Manuk kutut, manggunge ngganter
Yen ra nurut, bisa keblinger

Parikan (8 wanda + 8 wanda) X 2

Gawe cao nangka sabrang, kurang setrup luwih banyu
Aja awatak gumampang, ingatase calon guru
Sega punar lawuh empal, segane pengenten anyar
Dadi murid aja nakal, kudu ulah ati sabar
Jangan kacang jangan kara, kaduk uyah kurang gula
Piwelingku mring muda, aja wedi ing rekasa.
Purwakanthi parikan bisa digawe mawa petungan kang adhedhasar petungan wanda (suku kata).

4 wanda - 4 wanda

wajik klethik, gula jawa
luwih becik wong prasaja
jemek-jemek gula jowo
aja ngenyek padha kanca
manuk emprit menclok pager
dadi murid kudu pinter

4 wanda - 8 wanda

tawon madu, ngisep sari kembang jambu
aja nesu yen dituduaaké luputmu
kembang menur, den sebar den awur-awur
bareng makmur, banjur lali mring sedulur
manuk emprit, nggawa kawat ing wit waru
dadi murid, kudu hurmat marang guru
ana baya, mangan roti karo kanca
pengin mulya, aja wedi ing rekasa

8 wanda - 8 wanda

kayu urip ora ngepang, ijo-ijo godhong jati
uwong urip ora gampang, mula padha ngati-ati

wacan

Dadi Guru Pancen Ora Gampang

28-kelas inspirasi-2
”Iki dadi pengalaman kang ora bisa dilalekake, seneng lan bungah bisa melu acara iki,” pratelane Retno nalika wawancara kalawan Espos, ing kantore, Senen (25/2).
Ing dina Rebo kasebut, dheweke dadi guru sedina ing SDN Dukuhan, Kerten, Laweyan, Solo. “Taun biyen ora bisa melu [Kelas Inspirasi] amarga mung diadani ing Jakarta. Taun iki sokur bisa melu lan pangajabku bisa andum crita marang bocah-bocah SD,” ujare Retno.
Miturut Retno, melu ambyur dadi guru sedina ing Kelas Inspirasi kadidene pengalaman yang ora ana pindhane. Sadurunge mlebu ing kelas, pirang-pirang dina dheweke wus nyedhiyakake piranti-piranti kanggo mbiyantu nalika kudu wawangunem kalawan para bocah SD ing kelas sing dadi jatahe.
”Bocah-bocah SD kuwi umume seneng nembang lan dolanan. Miturutku, supaya para bocah kuwi gelem nggatekake guru ya guru kudu mupangatake piranti-piranti kang asipat mbiyantu sinau, ya mesthi wae sinambi dolanan lan nembang,” pratelane Retno.
Juruwarta SOLOPOS, Yusmei Sawitri, uga melu ing Kelas Inspirasi sing diadani ing sawetara SD ing Kutha Solo. Sawise setengah dina maragani dadi guru, Yusmei nelakake lamun dadi guru kuwi pancen ora gampang, kesel lan butuh tenaga sing ora sithik.
”Apa maneh muride isih kelas I. Polahe bocah-bocah kelas I kuwi gaya gabah diinteri, ana sing nakal, ana sing rewel, mula ya kudu sabar temen-temen,” pratelane Yusmei.
Supaya apa kang diandharake bisa ditampa, Yusmei nggunakake piranti foto-foto nalika dheweke ngayaji jejibahan minangka juruwarta utawa wartawan. Dheweke uga nuduhake foto-foto sawetara narasumber kang nate ditemoni.
”Kudu nganggo gambar utawa foto, supaya gampang ditampa lan dimangerteni para bocah. Ing njero kelas uga takracik praktek wawancara. Bocah siji nggawa gambar narasumber, sijine wartawan. Rame banget swasanane,” pratelane Yusmei.
Sri Rejeki, juruwarta ing ariwarti Kompas uga duwe pengalaman kang miturut dheweke ora bakal dilalelake sajroning uripe. ”Nyenengake banget, aku rumangka bungah bisa melu adicara iki,” ujare Sri. Sadurunge maragani dadi guru setengeh dina, dheweke uga sinau piye carane supaya apa sing diandharake ing kelas bisa ditampa para siswa. “Takon kana, takon kene, piye carane?” pratelane Sri.
Retno, Yusmei lan Sri sawise melu ing adicara Kelas Inspirasi banjur ngrumangsani temen-temen lamnu dadi guru kuwi pancen abot lan ora gampang. Mula, wus samesthine kabeh warga bebrayan agung ngajeni guru kanthi temen-temen. Nalika ana guru kang tumindak kliwat wates, upamane nempiling siswane, kuwi jan-jane dudu patrap asli guru.
”Yen ana guru sing cengkiling, kuwi miturutku kapetung ‘kasus’, ya kudu prihatin. Nanging, luwih akeh banget guru sing temen-temen bisa dadi tepa tuladha tumrap para siswa lan warga bebrayan ageng,” pratelane Retno.
Ing kaskayane kabudayan Jawa, guru kuwi duwe tanggung jawab ora entheng. Dheweke didunungake minangka manungsa kang bisa digugu lan ditiru, ing kelas lan ing njaban kelas. Guru ora mung mulang maca lan nulis, mulang papat ping papat nembelas, nanging uga nandur kapribaden pinuji lan ngrembakakake ing kabeh jiwane para siswa.
Sawise nglakoni dadi guru setengeh dina, Retno, Sri lan Yusmei duwe dudutan padha, yakuwi wus samesthine kabeh warga bebrayan ageng aweh pakurmatan kang dhuwur marang para guru, ya guru TK/PAUD, SD lan sapiturute. Dadi guru ora mung gaweyan kang asipat raga, nanging luwih nengenake sing asipat jiwa, yakuwi njurung lan ngrembakakake sipat-sipat pinuji lan lujur ing kabeh para siswane. Kuwi genah dudu gaweyan sing gampang.

Rabu, 11 Desember 2013

UPACARA ADAT PENGANTIN JAWA


UPACARA ADAT PENGANTIN JAWA



Upacara tradisional

Upacara pernikahan secara tradisional dilakukan menurut aturan-aturan adat setempat. Indonesia memiliki banyak sekali suku yang masing-masing memiliki tradisi upacara pernikahan sendiri. Dalam suatu pernikahan campuran, pengantin biasanya memilih salah satu adat, atau ada kalanya pula kedua adat itu dipergunakan dalam acara yang terpisah.
Upacara modern

Upacara pernikahan modern dilakukan dengan mengikuti aturan-aturan dari luar negeri. Biasanya gaya yang dipakai adalah gaya Eropa. Pernikahan yang dilakukan dengan aturan Islam mungkin dapat juga dimasukkan ke dalam kategori upacara pernikahan modern.
Mas kawin

Sebelum acara pernikahan dilangsungkan pihak yang melamar biasanya menyerahkan sejumlah mas kawin yang bentuk dan besarnya sudah disetujui terlebih dahulu. Mas kawin dapat berbentuk uang dalam jumlah tertentu, perhiasan, perlengkapan sembahyang (biasanya dalam pernikahan Islam), atau gabungan dari semuanya.
Catatan Sipil

Untuk kepentingan pendataan dan perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang diikat dalam hubungan perkawinan serta keturunan yang mungkin dihasilkannya, pemerintah Indonesia sekarang mengharuskan suatu pernikahan dicatat di Kantor Catatan Sipil.
Upacara pernikahan adat di Indonesia
Adat Jawa - Surakarta
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pernikahan Adat Surakarta
Adat pernikahan Yogyakarta
Nontoni

Nontoni adalah upacara untuk melihat calon pasangan yang akan dikawininya. Dimasa lalu orang yang akan nikah belum tentu kenal terhadap orang yang akan dinikahinya, bahkan kadang-kadang belum pernah melihatnya, meskipun ada kemungkinan juga mereka sudah tahu dan mengenal atau pernah melihatnya.

Agar ada gambaran siapa jodohnya nanti maka diadakan tata cara nontoni. Biasanya tata cara ini diprakarsai pihak pria. Setelah orang tua si perjaka yang akan diperjodohkan telah mengirimkan penyelidikannya tentang keadaan si gadis yang akan diambil menantu. Penyelidikan itu dinamakan dom sumuruping banyu atau penyelidikan secara rahasia.

Setelah hasil nontoni ini memuaskan, dan siperjaka sanggup menerima pilihan orang tuanya, maka diadakan musyawarah di antara orang tua / pinisepuh si perjaka untuk menentukan tata cara lamaran.
Upacara Lamaran

Melamar artinya meminang, karena pada zaman dulu di antara pria dan wanita yang akan menikah kadang-kadang masih belum saling mengenal, jadi hal ini orang tualah yang mencarikan jodoh dengan cara menanyakan kepada seseorang apakah puterinya sudah atau belum mempunyai calon suami. Dari sini bisa dirembug hari baik untuk menerima lamaran atas persetujuan bersama.

    Pada hari yang telah ditetapkan, datanglah utusan dari calon besan yaitu orang tua calon pengantin pria dengan membawa oleh-oleh. Pada zaman dulu yang lazim disebut Jodang ( tempat makanan dan lain sebagainya ) yang dipikul oleh empat orang pria.
    Makanan tersebut biasanya terbuat dari beras ketan antara lain : Jadah, wajik, rengginan dan sebagainya.
    Menurut naluri makanan tersebut mengandung makna sebagaimana sifat dari bahan baku ketan yang banyak glutennya sehingga lengket dan diharapkan kelak kedua pengantin dan antar besan tetap lengket (pliket,Jawa).
    Setelah lamaran diterima kemudian kedua belah pihak merundingkan hari baik untuk melaksanakan upacara peningsetan. Banyak keluarga Jawa masih melestarikan sistem pemilihan hari pasaran pancawara dalam menentukan hari baik untuk upacara peningsetan dan hari ijab pernikahan.

Peningsetan Kata peningsetan adalah dari kata dasar singset (Jawa) yang berarti ikat, peningsetan jadi berarti pengikat.

Peningsetan adalah suatu upacara penyerahan sesuatu sebagai pengikat dari orang tua pihak pengantin pria kepada pihak calon pengantin putri.

Menurut tradisi peningset terdiri dari : Kain batik, bahan kebaya, semekan, perhiasan emas, uang yang lazim disebut tukon (imbalan) disesuaikan kemampuan ekonominya, jodang yang berisi: jadah, wajik, rengginan, gula, teh, pisang raja satu tangkep, lauk pauk dan satu jenjang kelapa yang dipikul tersendiri, satu jodoh ayam hidup. Untuk menyambut kedatangan ini diiringi dengan gending Nala Ganjur .

Biasanya penentuan hari baik pernikahan ditentukan bersama antara kedua pihak setelah upacara peningsetan.
Upacara Tarub

Tarub adalah hiasan janur kuning (daun kelapa yang masih muda) yang dipasang tepi tratag yang terbuat dari bleketepe (anyaman daun kelapa yang hijau).

Pemasangan tarub biasanya dipasang saat bersamaan dengan memandikan calon pengantin (siraman, Jawa) yaitu satu hari sebelum pernikahan itu dilaksanakan.

Untuk perlengkapan tarub selain janur kuning masih ada lagi antara lain yang disebut dengan tuwuhan. Adapun macamnya :

    Dua batang pohon pisang raja yang buahnya tua/matang.
    Dua janjang kelapa gading ( cengkir gading, Jawa )
    Dua untai padi yang sudah tua.
    Dua batang pohon tebu wulung (tebu hitam) yang lurus.
    Daun beringin secukupnya.
    Daun dadap srep.

Tuwuhan dan gegodongan ini dipasang di kiri pintu gerbang satu unit dan dikanan pintu gerbang satu unit (bila selesai pisang dan kelapa bisa diperebutkan pada anak-anak.)

Selain pemasangan tarub di atas masih delengkapi dengan perlengkapan-perlengkapan sbb. (Ini merupakan petuah dan nasihat yang adi luhung, harapan serta do'a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa) yang dilambangkan melalui:

    Pisang raja dan pisang pulut yang berjumlah genap.
    Jajan pasar
    Nasi liwet yang dileri lauk serundeng.
    Kopi pahit, teh pahit, dan sebatang rokok.
    Roti tawar.
    Jadah bakar.
    Tempe keripik.
    Ketan, kolak, apem.
    Tumpeng gundul
    Nasi golong sejodo yang diberi lauk.
    Jeroan sapi, ento-ento, peyek gereh, gebing
    Golong lulut.
    Nasi gebuli
    Nasi punar
    Ayam 1 ekor
    Pisang pulut 1 lirang
    Pisang raja 1 lirang
    Buah-buahan + jajan pasar ditaruh yang tengah-tengahnya diberi tumpeng kecil.
    Daun sirih, kapur dan gambir
    Kembang telon (melati, kenanga dan kantil)
    Jenang merah, jenang putih, jenang baro-baro.
    Empon-empon, temulawak, temu giring, dlingo, bengle, kunir, kencur.
    Tampah(niru) kecil yang berisi beras 1 takir yang di atasnya 1 butir telor ayam mentah, uang logam, gula merah 1 tangkep, 1 butir kelapa.
    Empluk-empluk tanah liat berisi beras, kemiri gepak jendul, kluwak, pengilon, jungkat, suri, lenga sundul langit
    Ayam jantan hidup
    Tikar
    Kendi, damar jlupak (lampu dari tanah liat) dinyalakan
    Kepala/daging kerbau dan jeroan komplit
    Tempe mentah terbungkus daun dengan tali dari tangkai padi (merang)
    Sayur pada mara
    Kolak kencana
    Nasi gebuli
    Pisang emas 1 lirang

Masih ada lagi petuah-petuah dan nasihat-nasihat yang dilambangkan melalui : Tumpeng kecil-kecil merah, putih,kuning, hitam, hijau, yang dilengkapi dengan buah-buahan, bunga telon, gocok mentah dan uang logam yang diwadahi di atas ancak yang ditaruh di:

    Area sumur
    Area memasak nasi
    Tempat membuat minum
    Tarub
    Untuk menebus kembarmayang (kaum)
    Tempat penyiapan makanan yanh akan dihidangkan.
    Jembatan
    Prapatan.

Nyantri

Upacara nyantri adalah menitipkan calon pengantin pria kepada keluarga pengantin putri 1 sampai 2 hari sebelum pernikahan. Calon pengantin pria ini akan ditempat kan dirumsh saudara atau tetangga dekat.

Upacara nyantri ini dimaksudkan untuk melancarkan jalannya upacara pernikahan, sehingga saat-saat upacara pernikahan dilangsungkan maka calon pengantin pria sudah siap dit3empat sehingga tidak merepotkan pihak keluarga pengantin putri.
Siraman

Upacara Siraman Siraman dari kata dasar siram (Jawa) yang berarti mandi. Yang dimaksud dengan siraman adalah memandikan calon pengantin yang mengandung arti membershkan diri agar menjadi suci dan murni. Bahan-bahan untuk upacara siraman :

    Kembang setaman secukupnya
    Lima macam konyoh panca warna (penggosok badan yang terbuat dari beras kencur yang dikasih pewarna)
    Dua butir kelapa hijau yang tua yang masih ada sabutnya.
    Kendi atai klenting
    Tikar ukuran ½ meter persegi
    Mori putih ½ meter persegi
    Daun-daun : kluwih, koro, awar-awar, turi, dadap srep, alang-alang
    Dlingo bengle
    Lima macam bangun tulak (kain putih yang ditepinnya diwarnai biru)
    Satu macam yuyu sekandang ( kain lurik tenun berwarna coklat ada garis-garis benang kuning)
    Satu macam pulo watu (kain lurik berwarna putih lorek hitam), 1 helai letrek (kain kuning), 1 helai jinggo (kain merah).
    Sampo dari londo merang (air dari merang yang dibakar di dalam jembangan dari tanah liat kemudian saat merangnya habis terbakar segera apinya disiram air, air ini dinamakan air londo)
    Asem, santan kanil, 2meter persegi mori, 1 helai kain nogosari, 1 helai kain grompol, 1 helai kain semen, 1 helai kain sidomukti atau kain sidoasih
    Sabun dan handuk.

Saat akan melaksanakan siraman ada petuah-petuah dan nasihat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:

    Tumpeng robyong
    Tumpeng gundul
    Nasi asrep-asrepan
    Jajan pasar, pisang raja 1 sisir, pisang pulut 1 sisir, 7 macam jenang
    Empluk kecil (wadah dari tanah liat) yang diisi bumbu dapur dan sedikit beras
    1 butir telor ayam mentah
    Juplak diisi minyak kelapa
    1 butir kelapa hijau tanpa sabut
    Gula jawa 1 tangkep
    1 ekor ayam jantan

Untuk menjaga kesehatan calon pengantin supaya tidak kedinginan maka ditetapkan tujuh orang yang memandikan, tujuh sama dengan pitu ( Jawa ) yang berarti pitulung (Jawa) yang berarti pertolongan. Upacara siraman ini diakhiri oleh juru rias (pemaes) dengan memecah kendi dari tanah liat.
Midodareni

Midodareni berasal dari kata dasar widodari (Jawa) yang berarti bidadari yaitu putri dari sorga yang sangat cantik dan sangat harum baunya.

Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam 24.00 ini disebut juga sebagai malam midodareni, calon penganten tidak boleh tidur.

Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasihat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:

    Sepasang kembar mayang (dipasang di kamar pengantin)
    Sepasang klemuk ( periuk ) yang diisi dengan bumbu pawon, biji-bijian, empon-empon dan dua helai bangun tulak untuk menutup klemuk tadi
    Sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya ditutup dengan daun dadap srep ( tulang daun/ tangkai daun ), Mayang jambe (buah pinang), daun sirih yang dihias dengan kapur.
    Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan kencur, laos, jeruk purut, minyak wangi, baki ini ditaruh dibawah tepat tidur supaya ruangan berbau wangi.

Adapun dengan selesainya midodareni saat jam 24.00 calon pengantin dan keluarganya bisa makan hidangan yang terdiri dari :

    Nasi gurih
    Sepasang ayam yang dimasak lembaran ( ingkung, Jawa )
    Sambel pecel, sambel pencok, lalapan
    Krecek
    Roti tawar, gula jawa
    Kopi pahit dan teh pahit
    Rujak degan
    Dengan lampu juplak minyak kelapa untuk penerangan (zaman dulu)

Langkahan

Langkahan berasal dari kata dasar langkah (Jawa) yang berarti lompat, upacara langkahan disini dimaksudkan apabila pengantin menikah mendahului kakaknya yang belum nikah , maka sebelum akad nikah dimulai maka calon pengantin diwajibkan minta izin kepada kakak yang dilangkahi.
Ijab

Ijab atau ijab kabul adalah pengesahan pernihakan sesuai agama pasangan pengantin. Secara tradisi dalam upacara ini keluarga pengantin perempuan menyerahkan / menikahkan anaknya kepada pengantin pria, dan keluarga pengantin pria menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara ijab qobul biasanya dipimpin oleh petugas dari kantor urusan agama sehingga syarat dan rukunnya ijab qobul akan syah menurut syariat agama dan disaksikan oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan pemerintah.
Panggih

Panggih (Jawa) berarti bertemu, setelah upacara akad nikah selesai baru upacara panggih bisa dilaksanaakan,. Pengantin pria kembali ketempat penantiannya, sedang pengantin putri kembali ke kamar pengantin. Setelah semuanya siap maka upacara panggih dapat segera dimulai.

Untuk melengkapi upacara panggih tersebut sesuai dengan busana gaya Yogyakarta dengan iringan gending Jawa:

    Gending Bindri untuk mengiringi kedatangan penantin pria
    Gending Ladrang Pengantin untuk mengiringi upacara panggih mulai dari balangan ( saling melempar ) sirih, wijik ( pengantin putri mencuci kaki pengantin pria ), pecah telor oleh pemaes.
    Gending Boyong/Gending Puspowarno untuk mengiringi tampa kaya (kacar-kucur), lambang penyerahan nafkah dahar walimah. Setelah dahar walimah selesai, gending itu bunyinya dilemahkan untuk mengiringi datangnya sang besan dan dilanjutkan upacara sungkeman

Setelah upacara panggih selesai dapat diiringi dengan gending Sriwidodo atau gending Sriwilujeng. Pada waktu kirab diiringi gending : Gatibrongta, atau Gari padasih.

    [1]
    [2]

Adat Sunda

Pernikahan adat Sunda saat ini lebih disederhanakan, sebagai akibat percampuran dengan ketentuan syariat Islam dan nilai-nilai "keparaktisan" dimana "sang penganten" ingin lebih sederhana dan tidak bertele-tele.

Adat yang biasanya dilakukan meliputi : acara pengajian, siraman (sehari sebelumnya, acara "seren sumeren" calon pengantin. Kemudian acara sungkeman, "nincak endog (nginjak telor), "meuleum harupat"( membakar lidi tujuh buah), "meupeuskeun kendi" (memecahkan kendi, sawer dan "ngaleupaskeun "kanjut kunang (melepaskan pundi-pundi yang berisi uang logam).

Acara "pengajian" yang dikaitkan dan menjelang pernikahan tidak dicontohkan oleh Nabi Saw. namun ada beberapa kalangan yang menyatakan bahwa hal itu suatu kebaikan dengan tujuan mendapatkan keberkahan dan ridho Allah Swt yaitu melalui penyampaian "do'a".

Siraman, merupakan simbol kesangan orang tua terhadap anaknya sebagaimana dulu "anaknya ketika kecil" dimandikan kedua orang tuanya. Pada siraman itu, kedua orang tua menyiramkan air "berbau tujuh macam kembang" kepada tubuh anaknya. Konon acara siraman itu dilakukan pula terhadap calon penganten lelaki di rumahnya masing-masing. Syaerat islam tidak mengajarkan seperti itu tapi juga tidak ada larangannya. Asalkan pada acara siraman itu, si calong penganten perempuan tidak menampakan aurat (sesuai ketentuan agama Islam).

Untuk acara sungkeman yang dilakukan setelah "acara akad nikah" dilakukan oleh kedua mempelai kepada kedua orang tuanya masing-masing dengan tujuan mohon do'a restu atas akan memulainya kehidupan "bahtera rumah tangga". Sungkeman juga dilakukan kepada nenek dan kake atau saudaranya masing-masing.

Acara adat saweran yaitu, dua penganten diberi lantunan wejangan yang isinya menyangkut bagaimana hidup yang baik dan kewajiban masing-masing dalam rumah tangga. Setelah diberi lantunan wejangan, kemudian di "sawer" dengan uang logam, beras kuning, oleh kedua orang tuanya.

Nincak endog yaitu memecahkan telor oleh kaki pengantin priya dengan maksud, bahwa "pada malam" pertamanya itu, ia bersama isterinya akan "memecahkan" yang pertama kali dalam hubungan suami isteri. Kemudian acara lainnya yaitu membakar tujung batang lidi (masing-masing panjangnnya 20 cm) dan setelah dibakar, dimasukan ke air yang terdapat dalam sebuah kendi. Setelah padam kemudian di potong bagi dua dan lalu dibuang jauh-jauh. Sedangkan kendinya dipecahkan oleh kedua mempelai secara bersama-sama.

Acara terakhir adat Sunda , yaitu, "Huap Lingklung dan huap deudeuh ("kasih sayang). Artinya, kedua pengantin disuapi oleh kedua orang tuanya smasing-masing sebagai tanda kasih sayang orang tua yang terakhir kali. Kemudian masing-masing mempelai saling "menyuapi" sebagai tanda kasih sayang. Acara haup lingkun diakhir dengan saling menarik "bakakak" (ayam seutuhnya yang telah dibakar. yang mendapatkamn bagian terbanyak "konon akan" mendapatkan rezeki banyak.

Setelah acara adat berakhir maka kedua mempelai beserta keluarganya beristirahat untuk menanti acara resepsi atau walimahan.
Adat Batak

Pada dasarnya, Adat Perkawinan Batak, mengandung nilai sakral. Dikatakan sakral karena dalam pemahaman perkawinan adat Batak, bermakna pengorbanan bagi parboru (pihak penganten perempuan) karena ia “berkorban” memberikan satu nyawa manusia yang hidup yaitu anak perempuannya kepada orang lain pihak paranak (pihak penganten pria) yang menjadi besarnya nanti, sehingga pihak pria juga harus menghargainya dengan mengorbankan/ mempersembahkan satu nyawa juga yaitu menyembelih seekor hewan (sapi atau kerbau), yang kemudian menjadi santapan (makanan adat) dalam ulaon unjuk/ adat perkawinan itu.
Adat Betawi

Perkawinan Adat Pengantin Betawi ditandai dengan serangkaian prosesi. Didahului masa perkenalan melalui Mak Comblang. Dilanjutkan lamaran. Pingitan. Upacara siraman. Prosesi potong cantung atau ngerik bulu kalong dengan uang logam yang diapit lalu digunting. Malam pacar, mempelai memerahkan kuku kaki dan kuku tangannya dengan pacar.

Puncak adat Betawi adalah Akad Nikah. Mempelai wanita memakai baju kurung dengan teratai dan selendang sarung songket. Kepala mempelai wanita dihias sanggul sawi asing serta kembang goyang sebanyak 5 buah, serta hiasan sepasang burung Hong. Dahi mempelai wanita diberi tanda merah berupa bulan sabit menandakan masih gadis saat menikah.

Mempelai pria memakai jas Rebet, kain sarung plakat, Hem, Jas, serta kopiah. Ditambah baju Gamis berupa Jubah Arab yang dipakai saat resepsi dimulai. Jubah, Baju Gamis, Selendang yang memanjang dari kiri ke kanan serta topi model Alpie menandai agar rumah tangga selalu rukun dan damai.
Prosesi Akad Nikah

Mempelai pria dan keluarganya datang naik andong atau delman hias. Disambut Petasan. Syarat mempelai pria diperbolehkan masuk menemui orang tua mempelai wanita adalah prosesi ‘Buka Palang Pintu’. Yakni, dialog antara jagoan pria dan jagoan wanita, kemudian ditandai pertandingan silat serta dilantunkan tembang Zike atau lantunan ayat-ayat Al Quran. Pada akad nikah, rombongan mempelai pria membawa hantaran berupa:

    Sirih, gambir, pala, kapur dan pinang. Artinya segala pahit, getir, manisnya kehidupan rumah tangga harus dijalani bersama antara suami istri.
    Maket Masjid, agar tidak lupa pada agama dan harus menjalani ibadah salat serta mengaji.
    Kekudang, berupa barang kesukaan mempelai wanita misalnya salak condet, jamblang, dan sebagainya.
    Mahar atau mas kawin.
    Pesalinan berupa pakaian wanita seperti kebaya encim, kain batik, lasem, kosmetik, sepasang roti buaya. Buaya merupakan pasangan yang abadi dan tidak berpoligami serta selalu mencari makan bersama-sama.
    Petisie yang berisi sayur mayur atau bahan mentah untuk pesta, misalnya wortel, kentang, telur asin, bihun, buncis dan sebagainya.

Akad nikah dilakukan di depan penghulu. Setelah itu ada beberapa rangkaian acara:

    Mempelai pria membuka cadar pengantin wanita untuk memastikan pengantin tersebut adalah dambaan hatinya.
    Mempelai wanita mencium tangan mempelai pria.
    Kedua mempelai duduk bersanding di pelaminan.
    Dihibur Tarian kembang Jakarta
    Pembacaan doa berisi wejangan untuk kedua mempelai dan keluarga kedua belah pihak yang tengah berbahagia.